Home


"Barangsiapa yang tidak mau bersabar mengecap pahitnya menuntut ilmu, niscaya sisa usianya akan berada dalam kebodohan... Dan barangsiapa yang bersabar dalam menuntut ilmu, niscaya ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat..." [Kitab Al Majmu' : 1/38]
Tampilkan postingan dengan label Dunia Remaja. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dunia Remaja. Tampilkan semua postingan

Jumat, 14 Desember 2012

Menjaring cinta di dunia maya


Barisan kata di atas adalah kata-kata yang biasa tersirat di balik layar monitor komputer kita, dalam sebuah dialog antar dua layar yang biasa disebut chatting. Sebuah fasilitas dialog dunia maya (internet) yang sedang digemari, terutama oleh kalangan muda dan profesional. Penggunaannya kemudian tidak hanya sebagai sarana komunikasi seperti halnya telepon, surat ataupun email.
Internet dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan begitu memanjakan para penggunanya. Hanya dengan memainkan jari jemari di atas keyboard, atau sekedar menekan 'tuts' dan mengklik 'mouse', sepersekian detik saja anda sudah mampu menembus dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dan salah satu yang sedang digemari dan tetap banyak penggunanya hingga saat ini adalah chatting.

Minggu, 09 September 2012

Pengorbanan Cinta

Alangkah bahagianya bila kita dapat menikahi seseorang yang kita cintai. Namun, bagaimana bila seseorang yang kita cintai pada takdir yang ditetapkan-Nya harus menikah dengan orang lain atau bahkan sahabat kita sendiri. Hal ini bukan cerita dongeng, pengorbanan demikian pernah dialami oleh salah seorang sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam, ia adalah Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu. Cintanya harus dikorbankan untuk saudaranya yang ia cintai karena Allah.

***

Sabtu, 28 April 2012

AIDS, Seks dan Remaja



Peneliti dari Northwestern University yakin bahwa pandemi alias wabah asli AIDS berawal dari Afrika bagian barat tengah sekitar tahun 1930-an, beberapa dasawarsa lebih awal ketimbang dugaan sebelumnya. Teori baru ini telah mencetuskan pengamatan sejarah pada peristiwa yang belum dikaitkan dengan penyebaran HIV, seperti pembangunan rel kereta api di Afrika di awal abad ke-20. Aneh, apa hubungannya rel kereta api dengan AIDS? Udah, terusin aja bacanya, deh!

Rabu, 18 April 2012

Ku Ingin Allah yang Mengirimkannya Untukku

“Wah.. Kakak kalah nih sama adek Shinta. Shinta dah dapet pangeran pendampingnya. Kakak kapan?”, demikian celoteh seorang ibu kepada anak perempuannya dengan nada menggoda.

Sang anak terdiam sejenak, walau senyum tetap mengembang di sudut bibirnya. Senyum yang sebenarnya menyiratkan selaksa emosi. Merasa lucu, sedih, bahagia, harap dan cemas. Tak langsung menjawab pertanyaan itu, karena hatinya berusaha mencari kata-kata yang pas untuk menyampaikan maksudnya kepada Sang Ibu. Kejengkelan, kemarahan, dan keketusan tentu saja tidak akan mampu memahamkan Sang Ibu pada konsep hidup yang ada dibenaknya sekarang. Lama ia terdiam (tetap dalam senyum).

Minggu, 18 Maret 2012

SERING MAEN FACEBOOK bikin PIKIRAN CEPET REMUK

Wah kayaknya serem sekali yach? Namun memang seperti itulah hal yang akan terjadi jikalau keseringan menggunakan facebook. Apalagi bagi para pelajar. Menurut studi yang dilakukan oleh Ohio State University, semakin sering Anda menggunakan Facebook, semakin sedikit waktu Anda belajar dan semakin buruklah nilai-nilai mata pelajaran Anda.
Faktanya, bagi para pengguna Facebook memiliki keinginan besar untuk mengetahui status yang dikabarkan oleh teman-temannya. Akhirnya, menyebabkan seseorang membuang waktu secara percuma. Hingga membuat seseorang terpicu untuk menulis hal-hal tak penting, membaca hal-hal sepele, dan juga berpikir secara tak cerdas.
Dari 219 mahasiswa yang diriset oleh Karpinski, 148 mahasiswa pengguna FB ternyata memiliki nilai yang lebih rendah daripada mahasiswa non pengguna. Menurut Karpinski, memang tidak ada korelasi langsung FB akan menyebabkan nilai para mahasiswa atau pelajar menjadi jeblok. Namunm diduga FB telah menyebabkan waktu belajar para siswa tersita oleh keasyikan berselancar di situs jaring sosial yang tengah populer ini.

Selasa, 31 Januari 2012

Menggugat Valentine’s Day

Pagi yang cerah di sambut dengan kicauan burung yang begitu merdu, Desy seorang siswi sekolah madrasah aliyah sedang duduk-duduk di bawah pohon yang rindang menikmati suasana yang sejuk. Tiba-tiba ia dikejutkan oleh teman-temannya yang datang tiba-tiba dengan menyodorkan setangkai bunga kuning dan letakkan di saku bajunya, diiringi dengan senyuman yang merekah. Karena penasaran ia pun langsung mengatakan, "Dalam rangka apa ini?" mereka pun menjawab, "Tidakkah kamu tahu bahwa ini adalah hari kasih-sayang, dimana orang-orang sedang merayakan dan saling memberikan ucapan selamat. Ini adalah perayaan untuk mengungkapkan rasa cinta, romantika dan segala ketulusan, ini adalah hari valentine...". Desy pun mengerutkan dahinya dengan jawaban itu, lalu ia pun kembali bertanya dengan penuh keheranan, "Apakah sih sebenarnya arti Valentine itu..?" mereka mengatakan, "Dalam bahasa latin valentine itu artinya adalah cinta..!". Desy kembali tesenyum mendengar jawaban tersebut, "Kenapa kalian mau merayakan sesuatu yang tidak kalian mengerti maksudnya..? ujar Desy bernada prihatin terhadap keadaan sebagian sahabat muslimahnya yang mudah hanyut dalam perkara yang belum diketahui seluk beluknya.

Minggu, 29 Januari 2012

KETIKA ONANI MENJADI HOBBI


kami muqoddimahi tulisan ini dengan sedikit memaparkan asal-usul munculnya ide untuk mengangkat tema ini. Beberapa waktu yang lalu, di dalam kotak pesan Hp kami yang mungil, mendarat sebuah tulisan singkat dari seorang teman karib. Ia menuturkan bahwa saat ini dirinya sedang ditimpa sebuah persoalan yang membuat kehidupannya tidak nyaman. Kasusnya itu bermula ketika ia mempunyai hubungan khusus dengan teman wanita alias pacaran. Padahal bagi kalangan pecinta pacaran yang sedang dimabuk cinta dan asmara tentunya tiada hari tanpa ketemuan. Karena keseringan berinteraksi dengan si pujaan hati yang cantik jelita dan menggoda inilah akhirnya memunculkan efek yang negatif, yaitu timbul gejolak jiwa yang menjurus kapada syahwat atau nafsu. Ia pun mulai kebingungan untuk menanggulangi masalah ini, sehingga akan disalurkan kemanakah birahinya itu, apakah dengan mangajak sang pacar untuk berhubungan intim yang itu jelas-jelas bertentangan dengan nilai agama dan hati nuraninya sendiri, atau bagaimana. Yang pada asalnya ia tetap membutuhkan tempat untuk penyaluran nafsu seksualnya itu sebagai sebuah akibat dari interaksinya itu.
Nah, karena berada dalam kondisi yang dilematis inilah akhirnya ia memutuskan untuk memilih melakukan onani. Ia beranggapan bahwa onani itu merupakan solusi yang paling aman karena efek yang ditimbulkan cukup minim yang hanya menimpa dirinya sendiri. Benarkah demikian..??. Namun dengan seiring berjalannya waktu, iapun kembali dilanda kebingunggan karena mendapati beberapa info kesehataan tentang bahaya yang akan dialami oleh para pecandu onani. Akhirnya iapun memberanikan diri untuk melayangkan SMS kepada sang penulis untuk menanyakan tentang bolehkah melakukan onani dalam pandangan islam..??
Kalau kita mau jujur, sebenarnya masih banyak lagi kasus-kasus yang serupa menimpa sahabat-sahabat kita di luar sana, yang kemunculannya dilatarbelakangi olah banyak faktor. Tapi mari kita mencoba bersama-sama menelusuri masalah ini secara bijak, dan semoga kesimpulan akhirnya nanti dapat memberikan pencerahan bagi panulis dan pembaca sekalian dimanapun berada. Amiin..
Kita mulai denga membahas tentang pengartian atau ta’rif onani itu sendiri. didalam bahasa arab onani atau masturbasi dikenal dengan istilah Al Istimna’. Dalam kitab Syarh ‘Umdatul Ahkam pada bab Nikah, disana disebutkan bahwa istimna’ itu adalah berusaha untuk mengeluarkan air mani (sperma) yang dilakukan diluar jima’ (bersetubuh), baik dengan tangan atau selainnya dan bertujuan untuk mendapatkan kenikmatan diri sendiri. Artinya, istilah-istilah seperti onani, masturbasi, coli, main sabun, dan lain-lain, merupakan satu istilah yang biasa digunakan untuk menyatakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam memenuhi kebutuhan seksualnya, dengan menggunakan media tangan maupun dengan menambahkan alat bantu berupa sabun atau benda-benda lain, sehingga dengannya dia bisa mengeluarkan mani dan membuat dirinya (lebih) tenang. Yang pada prakteknya kebiasaan ini sering dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Kemudian sebagai tambahan pengetahuan saja. Di dalam versi kristen, disebutkan bahwa istilah Onani itu berasal dari nama yaitu salah seorang anak dari Judas (cucu dari Jacob) yaitu Onan. Di dalam Injil, diceritakan bahwa Onan diperintahkan oleh ayahnya (Judas) untuk bersetubuh dengan istri kakaknya, namun Onan tidak bisa melakukannya sehingga saat mencapai puncaknya, dia membuang spermanya (mani) di luar rahim, yang di kemudian hari tindakan ini dikenal dengan istilah azl (dalam bahasa Arab) atau coitus interruptus (dalam istilah kedokterannya).
Dari cerita Onan ini terdapat dua versi. Versi pertama menyebutkan bahwa Onan telah berhubungan badan dengan istri kakaknya lalu membuang maninya di luar rahim. Dan versi yang kedua menyebutkan bahwa Onan tidak menyetubuhi istri kakaknya, akan tetapi ia melakukan pemuasan diri sendiri (coli). karena ketidak beraniannya untuk menyetubuhi istri kakaknya sedangkan birahi di dada semakin memuncak, sehingga dari perbuatan Onan ini akhirnya lahirlah istilah Onani sebagai penisbahan terhadap perbuatannya.
Kembali kepada pandangan islam berkaitan tentang masalah ini. Sebelumnya kami sampaikan bahwa penulis mengalami kesuitan ketika ingin menyampaikan bukti-bukti pendukung tentang akibat yang ditimbulkan dari aktifitas onani ini ketika ditinjau dari sisi medis atau kedokteran. Karena ketika penulis mencari makalah-makalah di dalam dunia maya (Internet) berkenaan dampak onani ini, banyak sekali terjadi perbedaan yang mencolak dari pihak yang pro-kontra. Berangkat dari keminiman pengetahuan tentang ilmu kedokteran inilah akhirnya penulis lebih mutma’in untuk membahas masalah ini dengan meninjau dari sisi hukum syariat islam.
Apabila kita membaca buku-buku fiqh dan fatawa para ulama, maka akan dijumpai bahwa mayoritas ulama (Jumhur Ulama’) seperti Imam Syafi’i, Imam Maliki, Ibnu Taimiyah, Abdulloh Bin Baz, Yusuf Qardhawi dan lainnya mengharamkan perbuatan onani atau masturbasi ini. Dengan mengacu pada nash syar’I yang terdapat dalam firman Allah SWT,
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ . إِلَّا عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ . فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ
“Dan orang-orang yang memelihara kemaluan mereka kecuali terhadap isterinya atau hamba sahayanya, mereka yang demikian itu tidak tercela. Tetapi barangsiapa berkehendak selain dari yang demikian itu, maka mereka itu adalah orang-orang yang melewati batas.” (QS. Al-Mu’minun : 5-7).
Ayat-ayat ini menerangkan bahwa seseorang itu haruslah menjaga kehormatan diri dan kemaluannya dengan hanya melakukan hubungan seksual bersama isteri-isterinya atau hamba-hambanya. Hubungan seksual seperti ini adalah suatu perbuatan yang baik, tidak tercela di sisi agama. Akan tetapi, jikalau seseorang itu mencoba mencari kepuasan seksual dengan cara-cara selain bersama pasangannya yang sah, seperti zina, pelacuran, onani atau persetubuhan dengan binatang, maka hal itu dipandang sebagai sesuatu yang melampaui batas dan termasuk salah satu dari dosa-dosa besar, karena melakukannya bukan pada tempatnya. Demikian ringkas penerangan Imam Asy-Syafi’i dan Imam Malik apabila mereka ditanya mengenai hukum onani.
Selain itu, para ulama juga menggunakan dalil dari hadis Nabi SAW, yang berbunyi…
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنْ اسْتَطَاعَ مِنْكُمْ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَ
Dari Abdurrahman bin Yazid dari Abdullah ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kalian yang telah memperoleh kemampuan untuh menanggung beban rumahtangga, maka menikahlah. Karena sesungguhnya, perhikahan itu lebih mampu menahan pandangan mata dan menjaga kemaluan. Dan, barangsiapa belum mampu melaksanakannya, hendaklah ia berpuasa karena puasa itu akan meredakan gejolak hasrat seksual." (HR. Muslim).
Pada hadits ini, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan bijak menyebutkan dua hal yang semestinya menjadi alternatif dalam menentukan tindakan bagi kalangan pemuda. yaitu Pertama, Segera menikah bagi yang mampu. Kedua, Meredam nafsu syahwat dengan melakukan puasa bagi orang yang belum mampu menikah, sebab puasa itu dapat melemahkan godaan dan bisikan syetan. Jadi Rosululloh sama sekali tidak menyebutkan onani sebagai sebuah jalan keluar.
Syaikh Waliullah Dahlawi juga pernah mengatakan, “Ketika air mani keluar atau muncrat dengan jumlah yang banyak, ia juga akan mempengaruhi fikiran manusia. Oleh sebab itu, seorang pemuda akan mulai menaruh perhatian terhadap wanita cantik dan hati mereka mulai terpaut kepadanya. Faktor ini juga mempengaruhi alat kejantanannya yang sering meminta disetubuhi hingga menyebabkan desakan lebih menekan jiwa dan keinginan untuk melegakan syahwatnya menjadi kenyataan dengan berbagai bentuk. Dalam hal ini para bujangan akan terdorong untuk melakukan zina. Dengan perbuatan tersebut moralnya mulai rusak dan akhirnya dia akan tercebur kepada perbuatan-perbuatan yang lebih merusak.”
Disisi lain, ada juga sebagian ulama’ yang masih membolehkan onani ini. Hal itu diutarakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal. Beliau menyatakan bahwa, “Sperma atau mani adalah benda atau barang lebih yang ada pada tubuh manusia, yang mana boleh dikeluarkan sebagaimana halnya memotong dan menghilangkan daging lebih dari tubuh.” Dan pendapat ini diperkuat oleh Ibnu Hazm.
Namun, ketika kita kembalikan masalah ini dengan menimbang kepada berkara manfaat dan madhorot, sebenarnya pendapat ini hanya boleh digunakan bagi orang yang telah menikah atau tinggal berjauhan (long distance) dengan pasangan sahnya. Maka hal itu sebagai bentuk aplikasi dari memelihara kemaluan mereka agar terhindar dari hal-hal yang lebih merusak. Karena orang yang pernah merasakan nikmatnya bersetubuh akan lebih besar kemungkinannya untuk terjerumus kepada maksiat yang besar dibandingkan dengan orang yang belum pernah. Hal ini sesuai dengan kaidah ushul fiqh yang menyatakan bahwa, ”Dibolehkan melakukan bahaya yang lebih ringan supaya dapat dihindari bahaya yang lebih berat”. Sehingga dapat disimpulkan bahwa onani atau masturbasi yang dilakukan oleh seseorang yang telah menikah karena tarhalang untuk melakukan hubungan jima’ dengan pasangannya adalah boleh.
Satu hal yang harus diperhatikan, bahwa hukum pembolehan onani diikuti oleh syarat-syarat yang ditetapkan oleh ulama Hanafiah dan fuqaha hanbali. Yaitu: Takut melakukan perbuatan zina baik bagi yang telah menikah atau belum mampu untuk kawin (nikah) dan tidaklah menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan (adat).
Dengan kata lain, dengan dalil dari Imam Ahmad ini, onani boleh dilakukan apabila suatu ketika insting (birahi) itu memuncak dan dikhawatirkan bisa membuat yang bersangkutan melakukan hal yang haram. Misalnya, seorang pemuda yang sedang belajar di luar negeri, karena lingkungan yang terlalu bebas baginya (dibandingkan dengan kondisi asalnya) akibatnya dia sering merasakan instingnya memuncak. Daripada dia melakukan perbuatan zina, maka dalam kasus ini dia diperbolehkan onani. Akan tetapi apabila ia dapat membentengi dirinya untuk tidak melakukan hal itu, maka perbuatan ini amatlah mulia.
Sayang seribu sayang, ketetapan hukum yang telah ada sering tidak berjalansesuai koridornya. Persyaratan yang telah ditetapkan oleh para Ulama’ di atas sering diabaikan oleh kalangan pecandu onani hari ini, karena termakan oleh bisik-bisik setan yang menguasai nafsu mereka. Memang tidak ada sebab tunggal yang melatarbelakangi terjadinya kasus-kasus penyimpangan seksual seperti ini. Karena hal itu biasanya terjadi kerena ada beberapa faktor saling mendukung dan menguatkan. Lemahnya iman dan sikap meremehkan dosa berpadu dengan terbukanya kesempatan yang dibumbui lagi dengan sarana-sarana pendukung seperti VCD, tabloid porno, dan munculnya hobbi baru seperti berkhayal tantang hal yang mesum, yang pada akhirnya jelas sekali bahwa hal ini bisa menjadi fasilitas yang dapat menggiring seseorang untuk melakukan tindakan perkara yang sampai pada tataran pecandu onani.
Sebagai seorang muslim yang baik tentunya kita akan memilih solusi yang telah jauh-jauh hari disampaikan olah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam dalam hadits yang sebelumnya, yaitu hendaklah bagi merekayang belim mampu untuk menikah lebih banyak membentengi dirinya dengan memperbanyak amalan puasa, di mana puasa itu dapat mendidik keinginan, mengajar kesabaran dan menguatkan takwa serta muraqabah kepada Allah Taala di dalam diri seorang muslim.
Ingat, onani bukanlah sebuah solusi, apalagi bagi kita yang hari ini masih dalam kondisi lajang. Janganlah kita sekali-kali tertipu dengan iming-iming setan yang menggambarkan kenikmatan sesaat itu yang pada hakikatnya adalah semu. Relakah kita apabila atas perbuatan kita yang kita anggap kecil ini akhirnya menyerat kita kepada zina yang sesungguhnya, sehingga kita digolongkan oleh Alloh ta’ala menjadi orang-orang yang tertipu dan merugi di yaumul akhir nanti..?? tentu tidak bukan. Dan sejauh apapun kita terjerumus dalam permasalahan ini, selama nyawa belum berada di kerongkongan tak ada kata terlambat untuk kembali meraih kasih sayang dan hidayah Alloh Ta’ala.
Pambahasan ini amatlah singkat. Penulis berkeyakinan bahwa masih terdapat banyak kesalahan di dalam penulisan ini, maka saran dari pembaca selalu kami nantikan. Semoga risalah ini dapat memberikan lebih banyak kemanfaatan bagi kaum muslimin seluruhnya. Dan akhirnya, penulis kembali barwasiat kapada diri pribadi dan para pembaca sekalian, dengan mengutip firman Alloh ta’ala yakni,..
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ
“(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri.” ( QS. Qof : 17)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isro’ : 36)
Wallohu A’lam Bishowab…

By. Akh Rohmat

Rabu, 11 Januari 2012

Ukhti..., renungkanlah!

Saudariku muslimah, salah seorang darimu pernah berkisah, simaklah mudah-mudahan engkau bisa mengambil faedah.

"Mulanya hanyalah perkenalan dan percakapan biasa lewat telepon. Seiring waktu berkembanglah pembicaraan sampai pada kisah cinta dan seluk-beluknya. Dia pun kemudian mengungkapkan cintanya dan berjanji akan meminang saya. Dia meminta agar bisa melihat wajah saya, terang saya menolaknya. Dia mengancam akan memutuskan hubungan. Akupun menyerah. Kukirimkan fotoku serta surat-surat yang begitu manis penuh rayu. Surat menyurat pun berlangsung selalu. Sampai akhirnya dia meminta untuk berjumpa dan jalan berdua dengannya. Aku menolak dengan keras. Tapi dia mengancam akan menyebarluaskan foto-foto saya serta surat-surat saya dan suara saya yang direkamnya ketika kami bercakap-cakap lewat telepon. Akhirnya akupun keluar pergi bersamanya dengan tekad agar bisa pulang segera secepatnya. Ya, akupun pulang akan tetapi dengan mambawa aib dan kehinaan. Ku katakan padanya: Nikahilah aku! Sungguh ini adalah aib bagiku. Maka dia menjawab dengan segenap penghinaan, ejekan dan mentertawakan: "Sesungguhnya aku tidak akan menikahi wanita pezina.

Saudariku yang mulia, jika engkau memang memiliki akal untuk berfikir maka dengarkanlah nasehat berikut ini:

Janganlah engkau percaya bahwa pernikahan akan mungkin terlaksana hanya karena perkenalan dan percakapan iseng lewat telepon. Kalaupun memang ini terjadi maka akan mengalami kegagalan, kegalauan dan penyesalan.

Janganlah engkau percayai seorang pemuda ketika dia mulai menampakkan kejujuran dan keikhlasannya dan menyatakan sangat menghargai dan menjunjung tinggi kehormatanmu tapi dia mengkhianati keluargamu dengan meneleponmu dan mengajakmu jalan bersama. Jangan kamu percayai dia ketika dia mulai menyatakan cinta dan berlemah lembut dalam pembicaraannya. Sungguh dia melakukan semua itu dengan tujuan-tujuan busuknya yang tampak jelas bagi orang yang berakal. Akankah dia benar-benar menjunjung tinggi kehormatanmu sementara dia mengajakmu berjumpa dan jalan bersama padahal engkau belum halal baginya?

Janganlah engkau percayai para penyeru emansipasi yang mengharuskan adanya cinta (pacaran) sebelum pernikahan.

Ketahuilah bahwa cinta yang hakiki adalah setelah menikah. Adapun selain itu, umumnya adalah cinta yang penuh kepalsuan. Cinta yang dibangun di atas dusta dan kebohongan, semata-mata untuk bersenang-senang memuaskan hawa nafsu yang tak lama kemudian akan tampaklah kenyataan yang sesungguhnya. Berapa banyak keluarga yang hancur berantakan padahal mereka telah berpacaran sebelum akad pernikahan dan berjanji akan setia berkasih sayang sepanjang jaman? Bahkan berapa banyak pula pasangan yang berantakan sebelum sampai pada pelaminan dibarengi hilangnya kehormatan yang dibanggakan?

Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan dalam Shahihnya bahwa Nabi SAW bersabda: "Pada suatu malam aku bermimpi didatangi dua orang. Keduanya berkata kepadaku, Pergilah! -kemudian beliau menyebutkan haditsnya sampai pada sabdanya SAW -: "Kemudian kami mendatangi bangunan seperti tanur yang di dalamnya terdengar suara gaduh memekik. Kamipun melongoknya. Ternyata di dalamnya terdapat pria dan wanita telanjang yang disambar oleh lidah api dari bawah mereka. Ketika lidah api itu mengenai mereka, merekapun memekik kepanasan dan kesakitan. Ketika Nabi SAW menanyakan hal tersebut kepada malaikat, mereka menjawab: "Adapun pria dan wanita yang ada di tanur tersebut mereka adalah laki-laki dan wanita pezina.
Maka apakah engkau ingin menjadi bagian dari mereka wahai saudariku muslimah?

Jauhilah bercakap-cakap tanpa keperluan di telepon karena sesungguhnya Allah merekamnya demikian juga syaithan dari jenis manusia pun merekamnya. Mereka para petualang cinta akan menggunakannya sebagai alat untuk mengintimidasi kalian agar kalian mau mendengar mereka dan mentaati mereka. Qiyaskan juga ke dalamnya chating yang tiada guna dan hanya membuang waktu semata.

Hati-hatilah, janganlah engkau foto dirimu kecuali karena suatu hajat dan janganlah terlalu mudah engkau sebarluaskan fotomu dengan segala bentuknya karena hal tersebut merupakan senjata yang paling berbahaya yang digunakan oleh serigala manusia sebagai alat untuk mengancam dan mengintimidasi kalian.

Jauhilah olehmu untuk menulis surat-surat cinta karena hal itu juga merupakan sarana yang digunakan oleh mereka.

Hindarilah majalah-majalah dan kisah-kisah cinta yang rendah, hina penuh aib dan cela. Sungguh di dalamnya terdapat racun yang membinasakan yang tersembunyi di balik indahnya halaman yang warna-warni serta kertas yang halus mengkilap dan wangi.

Jauhilah menonton sinetron-sinetron dan film-film yang hina, yang hanya menonjolkan kemewahan serta gemerlapnya dunia, menyajikan kisah cinta dengan akting yang justru merendahkan martabat wanita. Jauhilah semua itu karena hanya akan merusak akhlak, kehormatan, serta rasa malumu.

Hati-hatilah, janganlah engkau pamerkan auratmu dan janganlah engkau terlalu sering ke luar rumah dan ke pasar-pasar tanpa ada keperluan mendesak yang menuntut untuk itu. Sungguh hal itu hanya akan menjerumuskanmu ke dalam murka Rabbmu.

Janganlah engkau pergi berduaan dengan sopir pribadimu, sungguh ini merupakan khalwat yang terlarang. Janganlah sekali-kali engkau membela diri dengan beralasan bahwa ini darurat. Bertakwalah, karena barang siapa yang bertakwa kepada Allah, akan dijadikan baginya jalan keluar dari segala permasalahannya.

Hati-hatilah engkau wahai saudariku dari teman yang jelek. Cari dan bergaullah dengan temanmu yang shalihah yang akan membimbingmu kepada keridlaan Rabbmu dan senantiasa mengingatkamu agar tidak terjatuh pada perkara yang akan mendatangkan murka Rabbmu.

Saudariku yang mulia,
Hati-hatilah dari segala kemaksiatan dan dosa karena hal tersebut merupakan sebab hilangnya nikmat, mendatangkan musibah, dan merupakan sebab datangnya kesengsaraan serta adzab yang membinasakan.

Persiapkanlah dirimu untuk menghadapi malaikat maut dengan banyak bertaubat dan beramal shalih, sungguh engkau tidak tahu kapan giliranmu akan tiba.

Saudariku,
Setelah engkau baca nasihat di atas maka ketahuilah bahwa pintu taubat senantiasa terbuka bagi siapa saja yang benar-benar ingin bertaubat. Allah berfirman: "Katakanlah: Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas akan dirinya (berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesunggunya Allah mengampuni dosa seluruhnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Az-Zumar : 53)

Maka apabila engkau wahai saudariku telah tenggelam dalam suatu kemaksiatan dan dosa, segeralah bertaubat dengan taubatan nashuha sebelum pintu taubat tertutup dan sebelum tubuhmu ditimbun di dalam tanah. Dan pada saat itu tidaklah lagi berguna penyesalan.

Semoga Allah membangunkan kita dari kelalaian yang ada dan semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, menerima taubat kita, melindungi kita dari adzab qubur dan adzab neraka, serta memasukkan kita ke dalam surga Firdaus Al-A’la.

Shalawat serta salam senantisa tercurah kepada Nabi kita.



Selasa, 03 Januari 2012

KEPADA AKTIVIS MUDA

“Ukhti, aku tertarik ta’aruf sama anti.” Itulah kalimat yang sering diadukan oleh para akhwat yang penulis kenal. Dalam satu minggu bisa ada dua tawaran ta’aruf dari ikhwan dunia maya. Berdasarkan curhat para akhwat, rata-rata si ikhwan tertarik pada akhkwat melalui penilaian komentar akhwat. Banyaknya jaringan sosial di dunia maya seperti facebook, yahoo messenger, dll, menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas. Begitu lembut dan halusnya jebakan dunia maya, tanpa disadari mudah menggelincirkan diri manusia ke jurang kebinasaan. Kasus ta’aruf ini sangat memprihatinkan sebenarnya. Seorang bergelar ikhwan memajang profil islami, tapi serampangan memaknai ta’aruf.

Melihat akhwat yang dinilai bagus kualitas agamanya, langsung berani mengungkapkan kata ‘ta’aruf’, tanpa perantara. Jangan memaknai kata “ta’aruf” secara sempit, pelajari dulu serangkaian tata cara ta’aruf atau kaidah-kaidah yang dibenarkan oleh Islam. Jika memakai kata ta’aruf untuk bebas berinteraksi dengan lawan jenis, lantas apa bedanya yang telah mendapat hidayah dengan yang masih jahiliyah? Islam telah memberi konsep yang jelas dalam tatacara ta’aruf. Suatu ketika ada sebuah cerita di salah satu situs jejaring sosial, pasangan akhwat-ikhwan mengatakan sedang ta’aruf, dan untuk menjaga perasaan masing-masing, digantilah status mereka berdua sebagai pasutri, sungguh memiriskan hati.

Pernah juga ada kisah ikhwan-akhwat yang saling mengumbar kegenitan di dunia maya, berikut ini petikan obrolannya: “Assalamualaikum ukhti,” Sapa sang ikhwan. “‘Wa’alikumsalam akhi,” Balas sang akhwat. “Subhanallah ukhti, ana kagum dengan kepribadian anti, seperti Sumayyah, seperti Khaulah binti azwar, bla bla bla bla…” puji ikhwan tersebut. Apakah berakhir sampai di sini? Oh no…. Rupanya yang ditemui ini juga akhwat genit, maka berlanjutlah obrolan tersebut, si ikhwan bertanya apakah si akhwat sudah punya calon, lantas si akhwat menjawab. “Alangkah beruntungnya akhwat yang mendapatkan akhi kelak.” Sang ikhwan pun tidak mau kalah, balas memuji akhwat. “Subhanallah, sangat beruntung ikhwan yang mendapatkan bidadari dunia seperti anti.” ....Banyaknya jaringan sosial di dunia maya menjadikan akhwat dan ikhwan mudah berinteraksi tanpa batas.

Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya.... Owh mengerikan, berlebay-lebay di dunia maya, syaitan tak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu tertancaplah rasa, bermekaran di dada dua sejoli tersebut, yang belum ada ikatan pernikahan. Dengan bangganya sang ikhwan menaburkan janji-janji manis, akan mengajak akhwat hidup di planet mars, mengunjungi benua-benua di dunia. Hingga larutlah keduanya dalam janji-janji lebay. Ikhwannya membabi buta, akhwatnya terpedaya……a’udzubillah, bukan begitu ta’aruf yang Rasulullah ajarkan. Wahai Ikhwan, Jangan Permainkan Ta’aruf! Muslimah itu mutiara, tidak sembarang orang boleh menyentuhnya, tidak sembarang orang boleh memandangnya. Jika kalian punya keinginan untuk menikahinya, carilah cara yang baik yang dibenarkan Islam. Cari tahu informasi tentang akhwat melalui pihak ketiga yang bisa dipercaya. Jika maksud ta’arufmu untuk menggenapkan separuh agamamu, silakan saja, tapi prosesnya jangan keluar dari koridor Islam. ....Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan?....

Wahai ikhwan, relakah jika adikmu dijadikan ajang coba-coba ta’aruf oleh orang lain? Tentu engkau keberatan bukan? Jagalah izzah muslimah, mereka adalah saudaramu. Pasanglah tabir pembatas dalam interaksi dengannya. Pahamilah, hati wanita itu lembut dan mudah tersentuh, akan timbul guncangan batin jika jeratan yang kalian tabur tersebut hanya sekedar main-main. Jagalah hati mereka, jangan banyak memberi harapan atau menabur simpati yang dapat melunturkan keimanan mereka. Mereka adalah wanita-wanita pemalu yang ingin meneladani wanita mulia di awal-awal Islam, biarkan iman mereka bertambah dalam balutan rasa nyaman dan aman dari gangguan JIL alias Jaringan Ikhwan Lebay. Wahai Ikhwan, Ini hanya sekedar nasihat, jangan mudah percaya dengan apa yang dipresentasikan orang di dunia maya, karena foto dan kata-kata yang tidak kamu ketahui kejelasan karakter wanita, tidak dapat dijadikan tolak ukur kesalehahan mereka, hendaklah mengutus orang yang amanah yang membantumu mencari data dan informasinya. ....luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis.... Wahai ikhwan, luasnya ilmu yang engkau miliki tidak menjadikan engkau mulia, jika tidak kau imbangi dengan menjaga adab pergaulan dengan lawan jenis. Duhai Akhwat, Jaga Hijabmu!

Duhai akhwat, jaga hijabmu agar tidak runtuh kewibaanmu. Jangan bangga karena banyaknya ikhwan yang menginginkan taaruf. Karena ta’aruf yang tidak berdasarkan aturan syar’i, sesungguhnya sama saja si ikhwan meredahkanmu. Jika ikhwan itu punya niat yang benar dan serius, tentu akan memakai cara yang Rasulullah ajarkan, dan tidak langsung menembak kalian dengan caranya sendiri. Duhai akhwat, terkadang kita harus mengoreksi cara kita berinteraksi dengan mereka, apakah ada yang salah hingga membuat mereka tertarik dengan kita? Terlalu lunakkah sikap kita terhadapnya?

Duhai akhwat, sadarilah, orang-orang yang engkau kenal di dunia maya tidak semua memberikan informasi yang sebenarnya, waspadalah, karena engkau adalah sebaik-baik wanita yang menggenggam amanah Ilahi. Jangan mudah terpedaya oleh rayuan orang di dunia maya. ....berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram.... Duhai akhwat, berhiaslah dengan akhlak islami, jangan mengumbar kegenitan pada ikhwan yang bukan mahram, biarkan apa yang ada di dirimu menjadi simpanan manis buat suamimu kelak. Duhai akhwat, ta’aruf yang sesungguhnya haruslah berdasarkan cara Islam, bukan dengan cara mengumbar rasa sebelum ada akad nikah.

Masih Perlukah Wanita Belajar Memasak?

Hasan mengernyitkan kening ketika menyantap nasi goreng buatan Rahmi, istri barunya. Di bibirnya tersungging sebuah senyum tipis, sementara Rahmi memandang suaminya penuh rasa cemas. Benar dugaannya, hingga kali ketiga ia memasakkan nasi goreng untuk suaminya ternyata belum juga bisa terasa pas di lidah.
"Enak...," hibur suaminya sambil meneruskan, "Cuma terlalu asin." Rahmi tersenyum kecut menahan malu. Setelah hampir sebulan lalu keduanya menikah, baru tak lebih dari dua pekan mereka menempati rumah kontrakannya. Sejak saat itu Rahmi memang harus memasak, mencuci, dan menyeterika sendiri. Pekerjaan-pekerjaan yang tak pernah ia sentuh ketika masih gadis. Ibunya tak pernah mengajarkan pekerjaan-pekerjaan semacam itu kepadanya, dan semasa kuliah pun habis waktunya untuk belajar melulu.
Beruntung, Hasan termasuk suami yang mau mengerti latar belakang kehidupan istrinya, hingga selanjutnya justru Hasanlah yang mengajari Rahmi berbagai resep masakan.
Di era globalisasi ini, semakin banyak gadis yang senasib seperti Rahmi. Sekolah tinggi, pandai, mandiri, tetapi tak bisa memasak, tak suka mencuci ataupun menyapu halaman. Kamarnya penuh buku diktat berantakan, debu di rak buku dan jendela sudah berminggu-minggu belum dibersihkan, tetapi gadis penghuni kamar itu tetap asyik berkutat dengan buku-buku pelajaran dan komputernya.
Jika dilihat dari kesibukan jadwal kuliah dan materi pelajaran yang ekstra berat, kita mungkin bisa memahami mengapa gadis-gadis pandai itu begitu giat belajar hingga melalaikan pekerjaan-pekerjaan teknis. Dianggapnya pekerjaan-pekerjan itu hanya membuang waktu, buang tenaga, tidak bermanfaat, dan terlalu remeh dibandingkan tugas belajar yang berat. Benarkah pendapat itu?
Tentu saja salah besar. Setiap pekerjaan, seremeh apapun, pasti ada manfaatnya. Khusus untuk pekerjaan-pekerjaan kecil dalam rumah tangga seperti ini, sebenarnya memiliki manfaat cukup besar pula bagi kaum hawa. Apa saja manfaatnya, akan kita bahas berikut ini.

Bukan Pekerjaan Remeh

Pekerjaan memasak, misalnya, akan menajamkan perasaan seseorang. Kepandaian merajang bawang merah dengan sama tipis, sama sekali bukan hal yang mudah. Memperkirakan minyak agar tidak terlalu panas sehingga kerupuk bisa mekar dengan baik sempurna, kuningnya pas, dan tidak terlalu coklat pun butuh kepekaan perasaan. Belum lagi persoalan penataan hidangan di meja makan, bagaimana bisa nampak lebih menarik untuk disantap, semuanya butuh kelembutan perasaan dan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan.
Mencuci, sekilas nampak seperti pekerjaan kasar semata. Ternyata di sana tetap dibutuhkan juga latihan kesabaran. Kaos kaki dekil, hanya bisa dibersihkan dengan menguceknya kuat-kuat berkali-kali. Bagian dalam kerah baju dan saku, perlu gosokan pelan namun teliti karena debunya tersembunyi di bagian yang sulit dikucek. Belum lagi saat menjemurnya. Jika asal-asalan merentangkan jemuran, ketika kering baju menjadi kusut. Tetapi jika dijemur dengan rapi, hati-hati, diluruskan serat-serat kainnya, maka baju akan lebih terawat rapi, tak mudah kusut maupun molor.
Begitu juga dengan meyeterika, membutuhkan latihan kesabaran yang tak ringan. Untuk bisa menyeterika kerah baju, bahu yang letaknya menyudut, lipatan-lipatan rok yang harus ditata satu demi satu, semuanya tak bisa dikerjakan dengan kasar dan sembarangan dan membutuhkan ketrampilan motorik halus jari-jari tangan pula.
Bagaimana dengan membersihkan kamar, menata buku, atau memasang vas bunga di meja, apakah semuanya pekerjaan remeh? Sama sekali tidak, karena semua ini akan mempertajam kepekaan para gadis terhadap kebersihan dan keindahan rumahnya kelak. Jika terbiasa dengan kamar seperti kapal pecah, lantas siapa yang nantinya berinisiatif memperindah rumahnya kelak? Padahal merawat bunga dalam pot bukan hal yang ringan. Membersihkan debu di sela-sela susunan buku, di sudut-sudut jendela pun butuh ketelatenan. Apakah harus suami yang mengerjakannya? Atau menggantungkan kepada pembantu? Ada pembantu pun tak akan berguna, jika majikannya tak peka terhadap kebersihan dan keindahan rumah.


Persiapkan Gadis-gadis Kita

Walaupun kita merasa sebagai orang modern, jangan sekali-sekali merasa tak perlu mengajarkan ketrampilan-ketrampilan rumah tangga kepada gadis-gadis kita. Apapun kesibukan mereka, latihlah gadis-gadis itu untuk bisa (walau tak harus pandai) memasak, menjahit, mencuci maupun menyeterika. Seperti yang sudah kita bahas, pekerjaan-pekerjaan tersebut turut berperan dalam membentuk karakter feminin dalam kepribadian mereka.
Jika gadis-gadis trampil melakukan pekerjaan-pekerjaan tersebut, kepekaan perasaan bisa tetap terjaga, juga kepekaan terhadap kebersihan lingkungan dan tumbuhlah pula cita rasa keindahannya. Kelembutan tangan dan kelincahan motorik halus jari-jari tangan mereka pun tetap terjaga. Dan pada akhirnya, semua itu akan membantu menghaluskan kejiwaan mereka, menumbuhkan kesabaran dan ketelatenannya.
Kepribadian yang halus dan lembut seperti ini akan menyeimbangkan kemandirian, kepandaian dan kemampuan rasio yang mereka dapatkan dari sekolah-sekolah formal yang ada.
Di jaman kehidupan Rasulullah, gadis-gadis telah mendapatkan pelajaran mengenai kehidupan berkeluarga sebelum mereka baligh. Sehingga ketika datang saat baligh, mereka telah dewasa dan siap untuk menjalani hidup pernikahan. Apakah terlalu muda? Tidak, karena kepribadian mereka telah cukup matang. Jauh berbeda dengan kepribadian gadis-gadis usia baligh sekarang, yang justru sedang berada dalam masa kritis sebagai remaja yang sedang mencari jati diri. Ini semua gara-gara para orang tua lalai untuk mendewasakan gadis-gadis mereka sebelum baligh.
Karena keadaan memang sudah berbeda, kita pun tak bisa melawan arus dengan mudah. Anak-anak gadis kita tetap harus mengikuti pola perkembangan masyarakat kita, tetapi jangan sekali-sekali lupa untuk tidak memberikan kebutuhan pendidikan kepribadian yang paling mereka butuhkan untuk masa-masa berkeluarganya kelak. Bukankah suami akan lebih sayang jika istri yang memasakkan makanan untuknya?

Senin, 02 Januari 2012

Afwan.. Kita-kan Bukan Makhrom

“iih, sombong bangat sih kamu, ni. diajak jabat tangan aja gak mau. Ni kan hari lebaran, harusnya kita tu saling maaf-maafan, biar gak banyak dosa..”. itulah kalimat yang sering menghujani dan membanjiri telinga para remaja muslim, khususnya yang baru awal-awal ikut kajian islami atau para anak pondok pesantren saat mereka merayakan idul fitri, lantaran tidak mau diajak jabatan tangan oleh lawan jenisnya. Dan akibatnya, banyak dari mereka yang akhirnya memilih mengurung diri dirumah dan mengisi waktu kekosongan dengan menonton TV yang tak jalas apa acaranya. Sayang sekali, ya. Mereka rela mengorbankan waktu yang begitu mulia untuk bersilaturohmi, lantaran terbayang dengan perasaan takut kalau nanti ada orang yang mengatainya dan membuat keyakinannya goyah.
Padahal kalau kita boleh jujur, sebenarnya dari kedua belah pihak tidak ada yang bisa disalahkan, lho. Kenapa demikian..??. Nah coba kita teliti, pihak pertama hanya ingin memaknai lebaran dangan saling memberi maaf dan menyambung tali silaturahmi, yang salah satunya diwujudkan dengan berjabat tangan. Sedang pihak kedua berpendapat bahwa memberi maaf tidak harus dengan menjabat tangan, karena itu bertentangan dengan ajaran islam yang mereka pahami. Tu..kan beneran, mereka gak salah..
Namun, hal yang perlu dibenahi dari kasus ini adalah sikap yang diambil masih-masing pelaku yang terkesan kurang tepat. Bukan bermaksud membela salah satu pihak ni, tapi Kalo diselidik lebih jauh, sebenarnya alasan dari kengganan mereka ketika diajak jabatan tangan bukanlah karena menganggap orang lain najis, kotor atau karena pingin sok alim, melainkan barsandar dari keterangan yang telah dijelaskan dan dipraktekkan sendiri oleh nabi kita yang mulia sebagai suri tauladan bagi kita, diantara riwayat yang menerangkan hal demikian adalah..
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُبَايِعُ النِّسَاءَ بِالْكَلَامِ بِهَذِهِ الْآيَةِ { لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا } قَالَتْ وَمَا مَسَّتْ يَدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدَ امْرَأَةٍ إِلَّا امْرَأَةً يَمْلِكُهَا

Dari Aisyah radliallahu 'anha, mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam Shallallahu'alaihiwasallam membai’at wanita cukup dengan lisan (tidak berjabat tangan) dengan ayat ini; 'Untuk tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun….' sampai akhir (QS. Almumtahanah 12). Aisyah berkata, “Tangan Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam sama sekali tidak pernah menyentuh wanita selain wanita yang beliau miliki (isterinya).” (HR.Bukhori)
قَالَتْ عَائِشَةُ وَاللَّهِ مَا أَخَذَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى النِّسَاءِ إِلَّا مَا أَمَرَهُ اللَّهُ وَلَا مَسَّتْ كَفُّ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَفَّ امْرَأَةٍ قَطُّ وَكَانَ يَقُولُ لَهُنَّ إِذَا أَخَذَ عَلَيْهِنَّ قَدْ بَايَعْتُكُنَّ كَلَامًا
Aisyah berkata; 'Demi Allah! Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah melakukan apa-apa terhadap kaum wanita kecuali apa yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Telapak tangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah menyentuh telapak tangan seorang wanita sama sekali. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepada mereka apabila beliau telah membaiat mereka: 'Aku telah membai'at kalian dengan ucapan.' (HR. Bukhori dan Ibnu Majah).
Dari dua hadits di atas, sepertinya sudah sangat jalas sekali terlihat bahwa islam secara tegas melarang antara laki-laki dan perempuan yang bukan makhrom untuk bersentuhan secara fisik. Bahkan untuk hal yang sangat penting sekalipun, yaitu bai’at atau pengambilan sumpah, rosululloh melakukannya hanya dengan bahasa lisan saja tanpa menyentuh, bagai mana dengan hal yang lebih ringan lainnya??. Dan tentunya islam memberikan pembatasan dalam hal ini adalah agar hati manusia tetap terjaga dari fitnah syahwat alias tidak kesetrum ketika bersentuhan dengan lawan jenis, yang setiap saat berpotensi untuk menggerogoti kekokohan hati. Jangankan menyentuh, memandang saja bisa membuat seseorang terpesona terhadap lawan jenisnya, contohnya adalah kejadian yang dialami oleh salah seorang sahabat yang mulia,
عن عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ أَرْدَفَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَضْلَ بْنَ عَبَّاسٍ يَوْمَ النَّحْرِ خَلْفَهُ عَلَى عَجُزِ رَاحِلَتِهِ وَكَانَ الْفَضْلُ رَجُلًا وَضِيئًا فَوَقَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِلنَّاسِ يُفْتِيهِمْ وَأَقْبَلَتْ امْرَأَةٌ مِنْ خَثْعَمَ وَضِيئَةٌ تَسْتَفْتِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَطَفِقَ الْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا وَأَعْجَبَهُ حُسْنُهَا فَالْتَفَتَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالْفَضْلُ يَنْظُرُ إِلَيْهَا فَأَخْلَفَ بِيَدِهِ فَأَخَذَ بِذَقَنِ الْفَضْلِ فَعَدَلَ وَجْهَهُ عَنْ النَّظَرِ إِلَيْهَا
Dari Abdullah bin Abbas radliallahu 'anhuma dia berkata; "Pada hari Iedul Kurban, Al Fadlu bin Abbas pernah membonceng Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dibelakang hewan tunggangannya, Al Fadl adalah orang yang cakap wajahnya, lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berhenti sejenak untuk memberi fatwa di hadapan orang-orang, ternyata ada seorang wanita berwajah cantik dari Kaitsam datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam untuk meminta fatwa, segera Al Fadlu memandang wanita tersebut, ia merasa heran dengan kecantikannya, ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menoleh ke arah Al Fadl, dia masih saja memandangi wanita tersebut, akhirnya beliau memutar tangan ke arah belakang dan memegang dagu Al Fadl serta memalingkan wajahnya ke arah lain.” (HR. Bukhori dan Malik).
Jadi, sudah ketehuan sekarang titik terang dari masalah ini. Dan PR-nya sekarang, bagaimana caranya meluruskan anggapan dari orang-orang yang masih menganggap bahwa berjabat tangan lintas jenis kelamin saat idul Fitri itu menjadi sesuatu yang wajib..???.
Insya Alloh dengan bahasa penyampaian kita yang sopan dan sikap yang lemah lembut terhadap mereka, hati mereka pasti akan sangat mudah untuk diluluhkan. Ibarat kita ingin meliruskan tulang yang bengkok, tidak mungkin bisa ditempuh dengan jalan kekerasan kan..?? nanti malah bisa patah. Apalagi apa yang kita sampaikan adalah sesuatu yang sudah jelas-jelas benar, jadi harus bisa membungkusnya dengan sebaik mungkin. Sekarang tinggal kita mau atau tidak menjadi agen perubahan bagi masyarakat muslim yang masih awam, Wallohu A’lam…..

Selasa, 27 Desember 2011

Profil Pribadi Muslim Sejati


Al-Qur'an dan sunnah merupakan dua pusaka Rasulullah SAW yang harus selalu dirujuk oleh setiap muslim dalam segala aspek kehidupan. Satu dari sekian aspek kehidupan yang amat penting adalah pembentukan dan pengembangan pribadi muslim. Pribadi muslim yang dikehendaki Al-Qur'an dan sunnah adalah pribadi yang saleh. Pribadi yang sikap, ucapan dan tindakannya terwarnai oleh nilai-nilai luhur yang merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunah yang datang dari Alloh Ta’ala.
 
Persepsi (gambaran) masyarakat tentang pribadi muslim memang berbeda-beda. Bahkan banyak yang pemahamannya sempit sehingga seolah-olah pribadi muslim itu tercermin pada orang yang hanya rajin menjalankan Islam dari aspek ubudiyah. Padahal itu hanyalah satu aspek saja dan masih banyak aspek lain yang harus melekat pada pribadi seorang muslim. Oleh karena itu standar pribadi muslim yang berdasarkan Al Qur'an dan Sunnah merupakan sesuatu yang harus dirumuskan, sehingga dapat menjadi acuan bagi pembentukan pribadi muslim.
Bila disederhanakan, setidaknya ada sepuluh karakter atau ciri khas yang mesti melekat pada pribadi muslim.
1.  Salimul Aqidah (Aqidah yang bersih)
Salimul aqidah merupakan sesuatu yang harus ada pada setiap muslim. Dengan aqidah yang bersih, seorang muslim akan memiliki ikatan yang kuat kepada Allah SWT. Dengan ikatan yang kuat itu dia tidak akan menyimpang dari jalan dan ketentuan-ketentuan-Nya. Dengan kebersihan dan kemantapan aqidah, seorang muslim akan menyerahkan segala perbuatannya kepada Allah sebagaimana firman-Nya yang artinya: "Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi Allah tuhan semesta alam" (QS. 6:162). Karena aqidah yang salim merupakan sesuatu yang amat penting, maka dalam awal da'wahnya kepada para sahabat di Mekkah, Rasulullah SAW mengutamakan pembinaan aqidah, iman dan tauhid.
2. Shahihul Ibadah (ibadah yang benar)
Shahihul ibadah merupakan salah satu perintah Rasulullah SAW yang penting. Dalam satu haditsnya, beliau bersabda: "Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat". Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Matinul Khuluq (akhlak yang kokoh)
Matinul khuluq merupakan sikap dan perilaku yang harus dimiliki oleh setiap muslim, baik dalam hubungannya kepada Allah maupun dengan makhluk-makhluk-Nya. Dengan akhlak yang mulia, manusia akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia apalagi di akhirat. Karena begitu penting memiliki akhlak yang mulia bagi umat manusia, maka Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al Qur'an. Allah berfirman yang artinya: "Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung" (QS. 68:4).
4. Qowiyyul Jismi (kekuatan jasmani)
Qowiyyul jismi merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang harus ada. Kekuatan jasmani berarti seorang muslim memiliki daya tahan tubuh sehingga dapat melaksanakan ajaran Islam secara optimal dengan fisiknya yang kuat. Shalat, puasa, zakat dan haji merupakan amalan di dalam Islam yang harus dilaksanakan dengan fisik yang sehat dan kuat. Apalagi berjihad di jalan Allah dan bentuk-bentuk perjuangan lainnya.
Oleh karena itu, kesehatan jasmani harus mendapat perhatian seorang muslim dan pencegahan dari penyakit jauh lebih utama daripada pengobatan. Meskipun demikian, sakit tetap kita anggap sebagai sesuatu yang wajar bila hal itu kadang-kadang terjadi. Namun jangan sampai seorang muslim sakit-sakitan. Karena kekuatan jasmani juga termasuk hal yang penting, maka Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah (HR. Muslim)
5. Mutsaqqoful Fikri (intelek dalam berfikir)
Mutsaqqoful fikri merupakan salah satu sisi pribadi muslim yang juga penting. Karena itu salah satu sifat Rasul adalah fatonah (cerdas). Al Qur'an juga banyak mengungkap ayat-ayat yang merangsang manusia untuk berfikir, misalnya firman Allah yang artinya: "Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: " pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir" (QS 2:219)
Di dalam Islam, tidak ada satupun perbuatan yang harus kita lakukan, kecuali harus dimulai dengan aktifitas berfikir. Karenanya seorang muslim harus memiliki wawasan keislaman dan keilmuan yang luas.
Bisa dibayangkan, betapa bahayanya suatu perbuatan tanpa mendapatkan pertimbangan pemikiran secara matang terlebih dahulu.
Oleh karena itu Allah mempertanyakan kepada kita tentang tingkatan intelektualitas seseorang, sebagaimana firman Allah yang artinya: Katakanlah: "samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?"', sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran". (QS 39:9)
6. Mujahadatul Linafsihi (berjuang melawan hawa nafsu)
Mujahadatul linafsihi merupakan salah satu kepribadian yang harus ada pada diri seorang muslim karena setiap manusia memiliki kecenderungan pada yang baik dan yang buruk. Melaksanakan kecenderungan pada yang baik dan menghindari yang buruk amat menuntut adanya kesungguhan. Kesungguhan itu akan ada manakala seseorang berjuang dalam melawan hawa nafsu. Hawa nafsu yang ada pada setiap diri manusia harus diupayakan tunduk pada ajaran Islam. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)" (HR. Hakim)
7. Harishun Ala Waqtihi (pandai menjaga waktu)
Harishun ala waqtihi merupakan faktor penting bagi manusia. Hal ini karena waktu mendapat perhatian yang begitu besar dari Allah dan Rasul-Nya. Allah SWT banyak bersumpah di dalam Al Qur'an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal asri, wallaili dan seterusnya.
Allah SWT memberikan waktu kepada manusia dalam jumlah yang sama, yakni 24 jam sehari semalam. Dari waktu yang 24 jam itu, ada manusia yang beruntung dan tak sedikit manusia yang rugi. Karena itu tepat sebuah semboyan yang menyatakan: "Lebih baik kehilangan jam daripada kehilangan waktu". Waktu merupakan sesuatu yang cepat berlalu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Oleh karena itu setiap muslim amat dituntut untuk pandai mengelola waktunya dengan baik sehingga waktu berlalu dengan penggunaan yang efektif, tak ada yang sia-sia. Maka diantara yang disinggung oleh Nabi SAW adalah memanfaatkan momentum lima perkara sebelum datang lima perkara, yakni waktu hidup sebelum mati, sehat sebelum datang sakit, muda sebelum tua, senggang sebelum sibuk dan kaya sebelum miskin.
8. Munazhzhamun fi Syuunihi (teratur dalam suatu urusan)
Munazhzhaman fi syuunihi termasuk kepribadian seorang muslim yang ditekankan oleh Al Qur'an maupun sunnah. Oleh karena itu dalam hukum Islam, baik yang terkait dengan masalah ubudiyah maupun muamalah harus diselesaikan dan dilaksanakan dengan baik. Ketika suatu urusan ditangani secara bersama-sama, maka diharuskan bekerjasama dengan baik sehingga Allah menjadi cinta kepadanya.
Dengan kata lain, suatu urusan mesti dikerjakan secara profesional. Apapun yang dikerjakan, profesionalisme selalu diperhatikan. Bersungguh-sungguh, bersemangat , berkorban, berkelanjutan dan berbasis ilmu pengetahuan merupakan hal-hal yang mesti mendapat perhatian serius dalam penunaian tugas-tugas.
9. Qodirun Alal Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri)
Qodirun alal kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri seorang muslim. Ini merupakan sesuatu yang amat diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian terutama dari segi ekonomi. Tak sedikit seseorang mengorbankan prinsip yang telah dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena pribadi muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang baik. Oleh karena itu perintah mencari nafkah amat banyak di dalam Al Qur'an maupun hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi.
Dalam kaitan menciptakan kemandirian inilah seorang muslim amat dituntut memiliki keahlian apa saja yang baik. Keahliannya itu menjadi sebab baginya mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah sediakan harus diambil dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau ketrampilan.
10. Nafi'un Lighoirihi (bermanfaat bagi orang lain)
Nafi'un lighoirihi merupakan sebuah tuntutan kepada setiap muslim. Manfaat yang dimaksud tentu saja manfaat yang baik sehingga dimanapun dia berada, orang disekitarnya merasakan keberadaan. Jangan sampai keberadaan seorang muslim tidak menggenapkan dan ketiadaannya tidak mengganjilkan.
Ini berarti setiap muslim itu harus selalu berfikir, mempersiapkan dirinya dan berupaya semaksimal untuk bisa bermanfaat dan mengambil peran yang baik dalam masyarakatnya. Dalam kaitan ini, Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain" (HR. Qudhy dari Jabir).
Demikian secara umum profil seorang muslim yang disebutkan dalam Al Qur'an dan sunnah. Sesuatu yang perlu kita standarisasikan pada diri kita masing-masing.

Minggu, 25 Desember 2011

Tuntutlah Ilmu Sejak Dini...

Sebaik-baik nikmat yang Allah berikan kepada seorang hamba adalah taufik untuk menuntut ilmu sejak masa kecil, karena menuntut ilmu sejak kecil mempunyai beberapa manfaat, di antaranya :

Pertama; Masa kanak-kanak adalah masa ketika hati dan waktu masih banyak luang, sehingga segala ilmu yang didapat akan lebih melekat. Pantaslah jika sebagian Ahli Hikmah mengatakan;

"Belajar dimasa kanak-kanak ibarat mengukir di atas batu, sedangkan belajar setelah usia dewasa seperti mengukir di atas air".

Dan masa kanak-kanak adalah masa dimana daya ingat lebih kuat dari pada masa dewasa, dan ilmu cenderung sulit dipahami oleh orang dewasa.

Kedua; Di dalam memahami ilmu agama tentunya membutuhkan waktu yang cukup lama, karena ilmu-ilmu syari’at dengan cabang-cabangnya banyak sekali. Maka belajar sejak masa kanak-kanak akan sangat membantu dalam menuntut ilmu secara rinci.

Pentingnya Menuntut Ilmu Sejak Dini

Sahabat Umar bin Khathab ra. berkata,    "تَفَقَّهُوا قَبْلَ أَن تَسَوَّدُوا"
"Belajarlah kalian sebelum memegang kekuasaan."
As-Siyadah artinya; kekuasaan dan kepemimpinan. Umar bin Khathab menghasung para sahabat yang lainnya agar belajar sebelum mereka mendapatkan kekuasaan karena dua sebab;

Pertama; Kekuasaan biasanya akan menjauhkan sang penguasa dari ilmu karena berbagai kesibukan, sehingga ilmu tidak lagi dibutuhkan.

Kedua; Kebodohan akan membuat terpuruk sang penguasa, lalu ia akan menghancurkan dirinya dan orang lain karena ia memerintah dengan tanpa ilmu.

Bukan Berarti Tidak Ada Kesempatan Bagi Orang Dewasa

Walaupun menuntut ilmu sejak dini itu lebih utama dalam syariat, bukan berarti orang dewasa sudah tidak mempunyai kesempatan lagi untuk menuntut ilmu.

Imam Bukhari pernah berkata; "Para sahabat Rasulullah tetap belajar kepada beliau walaupun usia mereka sudah dewasa."

Imam Khathib Al-Baghdadi berkata; “Sudah sepentasnya orang yang mempunyai waktu yang luang, mempunyai badan yang sehat, keinginan yang kuat untuk terbebas dari kebodohan serta mempunyai tekad yang kuat dalam hatinya untuk menuntut ilmu untuk bersegera mewujudkan tafaquh fiddin (mendalami ilmu agama) sebelum datang sesutau yang dapat menghalanginya./TQ

Wahai Sahabat-ku, Berhentilah Mengeluh....


Coba renungkan penyampaian ini sebelum Anda mulai mengeluhkan berbagai hal yang terjadi dalam hidup Anda…

01]. Hari ini sebelum Anda mengatakan kata-kata yang tidak baik,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak dapat berbicara sama sekali

02]. Sebelum Anda mengeluh tentang rasa dari makanan yang Anda santap,
Pikirkan tentang seseorang yang tidak punya apapun untuk dimakan.

03]. Sebelum Anda mengeluh tidak punya apa-apa
Pikirkan tentang seseorang yang meminta-minta di jalanan.

04]. Sebelum Anda mengeluh bahwa Anda buruk,
Pikirkan tentang seseorang yang berada pada tingkat yang terburuk di dalam hidupnya.

05]. Sebelum Anda mengeluh tentang suami atau istri Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang memohon kepada Tuhan untuk diberikan teman hidup.

06]. Hari ini sebelum Anda mengeluh tentang hidup Anda,
Pikirkan tentang seseorang yang meninggal terlalu cepat.

07]. Sebelum Anda mengeluh tentang anak-anak Anda
Pikirkan tentang seseorang yang sangat ingin
mempunyai anak tetapi dirinya mandul.

08]. Sebelum Anda mengeluh tentang rumah Anda yang
kotor karena pembantu tidak mengerjakan tugasnya,
Pikirkan tentang orang-orang yang tinggal dijalanan.

09]. Sebelum Anda mengeluh tentang jauhnya Anda
telah menyetir,
Pikirkan tentang seseorang yang menempuh jarak yang
sama dengan berjalan.

10]. Dan di saat Anda lelah dan mengeluh tentang
pekerjaan Anda,
Pikirkan tentang pengangguran,orang-orang cacat yang
berharap mereka mempunyai pekerjaan seperti anda.

11]. Sebelum Anda menunjukkan jari dan menyalahkan orang lain,
ingatlah bahwa tidak ada seorangpun yang tidak berdosa,,,

12]. Kita semua menjawab kepada Sang Pencipta
Dan ketika Anda sedang bersedih dan hidupmu dalam
kesusahan, tersenyum dan berterima kasihlah kepada Tuhan bahwa
Anda masih hidup !

a. Life is a gift

b. Live it...

c. Enjoy it...

d. Celebrate it...

e. And fulfill it.

13]. Cintai orang lain dengan perkataan dan perbuatanmu

14]. Cinta diciptakan tidak untuk disimpan atau disembunyikan

15]. Anda tidak mencintai seseorang karena dia cantik atau tampan,
Mereka cantik/tampan karena Anda mencintainya,,,

16]. It's true you don't know what you've got until it's gone, but it's
also true You don't know what you've been missing until it arrives!!!


Jadi...berhentilah mengeluh, hadapilah manis pahitnya hidup dengan bersyukur terhadap semua yang telah Tuhan berikan….