Barisan
kata di atas adalah kata-kata yang biasa tersirat di balik layar monitor
komputer kita, dalam sebuah dialog antar dua layar yang biasa disebut chatting.
Sebuah fasilitas dialog dunia maya (internet) yang sedang digemari, terutama
oleh kalangan muda dan profesional. Penggunaannya kemudian tidak hanya sebagai
sarana komunikasi seperti halnya telepon, surat ataupun email.
Internet
dengan berbagai fasilitas yang ditawarkan begitu memanjakan para penggunanya.
Hanya dengan memainkan jari jemari di atas keyboard, atau sekedar menekan
'tuts' dan mengklik 'mouse', sepersekian detik saja anda sudah mampu menembus
dunia tanpa batas ruang dan waktu. Dan salah satu yang sedang digemari dan
tetap banyak penggunanya hingga saat ini adalah chatting.
Di tengah komunitas
muslim, fasilitas chatting awalnya digunakan untuk ajang silaturahim dan tausiyah.
Namun seiring perkembangan kebutuhan serta kesibukan para penggunanya,
disamping juga sifat 'memanjakan' yang diberikannya, fasilitas tersebut tidak
hanya menggantikan peran surat yang dianggap 'tradisional' disamping juga
karena faktor kelambatan penyampaian informasinya, telepon yang biayanya
relatif lebih mahal terlebih jika harus menggunakan sambungan interlokal,
bahkan media-media silaturahim dengan acara 'tatap muka' pun bisa tergantikan
dengan fasilitas satu ini, karena anda bisa mengirimkan gambar (pic = singkatan
dari 'picture') ke layar teman bicara anda.
Awalnya,
setiap pengguna (user) pemula adalah coba-coba atau sekedar iseng karena
diberitahu teman sedkit tentang 'nikmat'nya ber-chat ria di depan layar komputer.
Awalnya pula anda akan seperti orang 'bego' saat barisan kata-kata muncul di
layar monitor anda dan kemudian anda tertarik untuk menjawab setiap pertanyaan
yang muncul. Namun kemudian setelah sekian lama mencoba, anda mulai menikmati
dan membenarkan cerita teman anda tentang nikmatnya chatting. Anda sudah mulai
faham istilah-istilah seperti; asl, btw, thx, fyi, dan lain-lain dimana
sebagian istilah tersebut juga berlaku dalam pengiriman surat elektronik
(email) ataupun kode-kode seperti :), :(, :D, :p, :)), ;-| dan masih banyak
lagi. Tidak hanya itu, secara tidak sadar anda mulai sering senyum-senyum
bahkan tertawa sendirian seolah lawan bicara anda yang letaknya entah dimana
itu sedang berada persis didepan anda.
Tebar
Pesona di Dunia Maya
Bisa dipastikan,
kecenderungan setiap chatter (para pengguna fasilitas chat) adalah
menyembunyikan identitas aslinya, hal itu terlihat dari nickname yang mereka
gunakan sebagai identitas awal mereka. Namanya bisa terkesan sangat asing atau
tidak sedikit yang kadang konyol bahkan mengada-ada. Co-keren, co-cute,
barbiegirl, ce-manis, whitesoul dan lain-lain adalah sedikit contoh dari jutaan
nickname yang biasa mangkal di berbagai chatroom.
Sudah
menjadi sifat manusia untuk tidak percaya dengan orang lain, terlebih yang baru
dikenalnya. Itulah salah satu alasan kenapa para chatter cenderung
menyembunyikan identitas aslinya. Tidak hanya pada nama, bahkan informasi yang
berkenaan dengan usia, tempat tinggal (lokasi), pekerjaan dan tempat kerja,
sampai --ini yang paling sering dirahasiakan-- marital status!
Sikap
kehati-hatian yang menjadi alasan awal untuk menyembunyikan identitas itu
kemudian berlanjut dalam obrolan berikutnya, selanjutnya dan seterusnya. Bisa
dikatakan, karena awalnya sudah memalsukan identitas -kalau tidak terlalu kasar
untuk disebut berbohong- maka jawaban-jawaban atau pernyataan seterusnya akan
cenderung palsu juga. Uniknya, meski para chatter seolah sudah saling mengerti
bahwa masing-masing lawan bicara cenderung 'omong palsu' karena mereka pun melakukan
hal yang sama, para chatting mania itu ternyata sangat menikmati obrolan
(palsu) tersebut.
Maka
tidaklah mengherankan jika chatting kemudian berkembang menjadi suatu arena
'tebar pesona' diantara para penggunanya. Mulai dari atraksi intelektual,
untaian kata indah menyentuh hati (biasanya dilakukan terhadap lawan jenis)
hingga rayuan gombal pun tidak lepas menghiasi layar monitor anda. Meski
demikian tidak semua chatroom berisi hal-hal penuh kepalsuan dan juga para
chatter yang cenderung berbohong, karena tentu masih ada chatroom-chatroom yang
lebih mengkedepankan aspek-aspek dialog bermanfaat dengan para chatter yang
juga melakukan chatting dengan tujuan yang relatif lebih jelas, lebih bernas
ketimbang sekedar tebar pesona atau curhat-curhatan. Untuk kelompok yang satu
ini, bahkan mereka tidak segan-segan keluar dari chatroom jika pembicaraan
sudah mengarah kepada hal yang sia-sia dan kurang bermanfaat.
'Pacaran'
di Dunia Maya
Sebuah
situs Islam lokal di Indonesia yang menyediakan fasilitas konsultasi dan tanya
jawab seringkali mendapatkan email-email dengan pertanyaan yang hampir sama,
seperti, "bolehkah ta'aruf dengan lawan jenis melalui
internet/chatting?" atau bahkan "apa hukumnya mencari pasangan hidup
dari hasil chatting?"
Bahkan ada
netters yang terang-terangan mengakui bahwa dirinya lebih 'pede' (percaya diri)
melakukan obrolan melalui chatting atau email daripada harus bertemu langsung.
Di kalangan pemuda-remaja muslim, chatting dianggap sebagai wadah yang lebih
'safety' untuk melakukan silaturahim atau berdiskusi ketimbang harus bertatap
muka dengan resiko berkhalwat. Maka dengan anggapan yang bisa dibilang
terburu-buru itu, maraklah chatroom-chatroom itu dipenuhi oleh para
muslim-muslimah. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang notabenenya berlabel
aktifis.
Pada satu
sisi, kemajuan teknologi memang tidak dapat dibendung lajunya dan sebagai
muslim yang juga ingin maju sudah tentu tidak ingin ketinggalan dalam mengikuti
perkembangan dan trend teknologi terbaru jika tidak ingin disebut 'gaptek' atau
gagap teknologi. Namun disisi lain tanpa disadari telah menggeser sedikit demi
sedikit norma-norma pergaulan yang awalnya menjadi sesuatu yang tabu dilakukan
antar lawan jenis. Misalnya, yang biasanya 'tidak berani' berbicara langsung
dengan alasan menundukkan pandangan dan menghindari berkhalwat, kini bebas ber
'haha-hihi' di ajang chatting meski satu sama lain belum betul-betul saling
mengenal.
Tidak
sampai disitu, dari mulai mentertawakan bersama hal-hal yang lucu yang muncul
dari barisan kata-kata di layar monitor sampai pengungkapan identitas diri yang
sebenarnya, memberikan jawaban-jawaban atau solusi atas setiap permasalahan
teman bicaranya, yang kesemuanya masuk dalam skenario tebar pesona para
chatter, dimana hal itu tidak berani mereka lakukan di dunia nyata dengan
alasan tidak 'pede' karena berbagai kekurangan fisik dan nonfisik yang
dimilikinya, muncullah benih-benih harapan baru bahwa ingin menjadikannya lebih
dari sekedar teman bicara atau berdiskusi. Ajaib memang, manusia-manusia yang
selama ini mengalami gejala inferiority, internet mampu menyulapnya menjadi
manusia superior yang penuh percaya diri, setidaknya selama ia masih berada di
dunia maya.
Jadilah
hari-hari selanjutnya penuh pesona bunga merona cinta. Ayunan jari jemari diatas
tuts keyboard seakan menjadi saksi betapa mereka sedang dibuai asa merenda masa
depan. Barisan kata-kata yang tertuang di layar monitor mulai terukir indah
penuh makna, perhatian bahkan kasih sayang dan cinta. Setelah itu, timbullah
keinginan untuk copy darat, istilah para chatter untuk melakukan pertemuan atau
tatap muka secara langsung untuk mengakhiri rasa penasarannya selama ini akan
wujud asli dari si pembuai maya.
Ups! Sampai
disini hati-hati karena bisa jadi tanpa disadari anda sudah melakukan zina
hati. Jika chatting yang anda lakukan sudah mengarah kepada hal-hal yang tidak
ada bedanya dengan layaknya orang berpacaran, seperti mengumbar pesona untuk
menarik hati, memberikan perhatian yang berlebihan yang belum sepantasnya anda
lakukan, memberikan atau menaruh harapan yang berlebihan akan cinta dan cita
masa depan.
Bukan
berarti juga ada larangan melakukan chatting untuk tujuan ta'aruf pra nikah.
Hanya saja masalahnya, hal itu tidak dikondisikan dan dikomunikasikan
sedemikian baik dan terjaga dari permainan hati yang bisa jadi syaitan bermain
di dalamnya (na'udzubillaahi min dzalik).
Jika kita
bisa berbicara (soal hati dan kecenderungan terhadap lawan jenis) dengan kadar
yang sewajarnya, dengan hati yang tetap terjaga dari kemungkinan munculnya
hasrat yang cenderung kepada nafsu, dengan sikap dan kata-kata yang tidak akan
merusak dan menghilangkan hakikat tujuan dari ta'aruf dan ukhuwah itu sendiri
serta tidak malah terjebak pada permainan kata-kata perhatian (taushiah)
berselubung cinta, tentu masih bisa dibenarkan. Namun masalahnya, seberapa dari
kita yang benar-benar siap dan sanggup melakukan hal tersebut. Dan jika secara
jujur dalam hati ini merasa berat, sebaiknya hindari dan lebih baik memilih
lawan bicara yang sejenis untuk lebih menjaga hati tetap bersih. Wallahu a'lam
bishshowaab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar