Rasulullah SAW gemilang menyeru ummat ke
jalan-Nya, mengubah karakter ummat dari zaman kegelapan menuju jalan penuh
cahaya yang ditempuh hampir 23 tahun.
Salah satu pilar strategi keberhasilannya adalah karena Rasul memiliki
kekuatan suri tauladan yang sungguh luar biasa.
Yakinlah bahwa cara paling gampang mengubah orang lain sesuai keinginan
kita adalah dengan cara menjadikan diri kita sebagai media atau contoh yang
layak ditiru.
Karenanya, jangan bercita-cita memiliki
anak yang santun, lembut, kalau kesantunan dan kelembutan itu tidak ada dalam
diri orang tuanya. Jangan bercita-cita
punya anak yang tahu etika, kalau cara mendidik yang dilakukan orang tuanya
tidak menggunakan etika. Sangat mustahil
akan terwujud ketika para pimpinan ingin anggotanya berdisiplin, padahal
disiplin itu bukan bagian dari diri pimpinannya. Contoh sederhana, mengapa P4
gagal menjadi pedoman hidup yang jadi acuan bangsa Indonesia ? Karena tidak ada
contoh tauladannya. Siapa sekarang pemimpin bangsa ini yang paling Pancasilais
? Susah mencarinya. Seumpama mata air di pegunungan yang sudah keruh
tercemar. Kalau dari sumbernya sudah
keruh, walau yang di bawah di bening-beningkan juga tidak akan bisa. Di hilir
menjadi keruh karena di hulunya juga keruh.
Orang tua ingin anak-anaknya tidak merokok
padahal ternyata orang tuanya perokok berat, bagaimana mungkin ? Para guru
ingin murid-muridnya tidak mengganja, padahal ganja itu awalnya dari rokok, dan
ternyata para guru merokok di depan murid-muridnya. Jangan-jangan kita yang menjerumuskan mereka
?
Di Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO)
Jakarta ada sebuah contoh menarik tentang mengapa anak-anak menjadi seorang
perokok atau pengganja. Di salah satu dindingnya tergantung sebuah potret seorang
ibu yang sedang menimang-nimang bayinya, dan ternyata si ibu ini melakukannya
sambil merokok. Tidak bisa tidak. Perilaku si Ibu ini merupakan contoh bagi si
bayi yang ada dipangkuannya…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar