Home


"Barangsiapa yang tidak mau bersabar mengecap pahitnya menuntut ilmu, niscaya sisa usianya akan berada dalam kebodohan... Dan barangsiapa yang bersabar dalam menuntut ilmu, niscaya ia akan memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat..." [Kitab Al Majmu' : 1/38]

Rabu, 28 Desember 2011

Mereka Hendak Memadamkan Cahaya Alloh Ta’ala

Munculnya sebuah buku yang bertajuk “INDAHNYA KAWIN SESAMA JENIS”, yang dihasikan oleh para Mahasiswa Fakultas Syariah IAIN Semarang yang agamanya Islam ‘KATANYA’. Sedikit banyak telah menimbulkan  guncangan yang dahsyat di kalangan intelektual dan kita kaum muslimin. Betapa tidak, karena pendapat ini adalah yang paling aneh yang pernah muncul. Sebelumnya, sesekuler-sekulernya kalangan mereka, tidak sampai menyerukan kawin sejenis.

Dan  kalau kita lihat lebih dalam, rupanya kita masih harus tercengang lagi, lantaran apa yang nampak tidak lain hanyalah fenomena gunung es. Yang menyembul kepermukaan hanya sebagiannya saja, jauh di bawah permukaan laut, kita akan bertemu dengan sosok aslinya yang jauh lebih menyeramkan.
Ceritanya berawal dari puluhan tahun yang lalu, ketika para gembong sekulerisme dan libelarisme sedang mengalami proses 'cuci otak' di barat. Lewat program beasiswa ke luar negeri, para mahasiswa Islam itu secara sistematis menjalani operasi otak. Aqidah dan tauhid mereka dipreteli satu persatu oleh tokoh-tokoh yahudi kafir laknatullah, dengan mengatasnamakan kajian ilmiyah, modern dan kritis. Bertahun-tahun mereka mengalami proses ganti jati diri secara sistematis dan didanai oleh musuh-musuh Allah itu, sehingga akhirnya berubahlah mereka dari seorang muslim menjadi sosok baru, yang cenderung ingkari kitab, ingkari nabi, bahkan kalau perlu ingkar kepada Alloh.
Entah mengapa, proses ini tetap berjalan seiring dengan berlalunya zaman. Kini mereka telah berkembang biak dan populasinya semakin meningkat. Ibarat wabah hama yang datang menyerang, IAIN-IAIN se-Indonesia dijadikan tempat bertelurnya larva. Kini larva-larva itu telah menetas menghasilkan ribuan spicies predator. Dan bagaikan predator, makhluk jadi-jadian itu kini sudah menjadi hama yang mematikan. Bukan saja pemikiran sesat yang bernada menghina agama, tetapi sekarang sudah sampai ke titik terang-terangan memusuhi agama.
Kalau dulu generasi Cak Nur mereka masih malu-malu, tapi sekarang dengan pongahnya mereka menyatakan bahwa IAIN adalah wilayah bebas tuhan. Apa artinya..?, Hanya mereka yang tahu, barangkali di sana sudah tidak dibutuhkan lagi tuhan. Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Mereka pun sudah sampai berani menginjak-injak kitab suci Al-Quran, sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh pemeluk agama apapun terhadap kitab sucinya. Bahkan tanpa perasaan berani-beraninya mengucapkan: “anjing-hu akbar”. Na'uzubillah.
Melihat itu semua, tentunya bukan hal yang baru ketika mereka kini berani menyerukan akan halalnya kawin sesama jenis. Alasannya, mereka beralasan bahwa di dalam Al-Quran tidak ditemukan satu ayat pun yang menyatakan akan larangannya secara tegas. Sehingga mereka mengatakan kalau tidak ada larangan, maka hukumnya kembali menjadi halal. Inilah sebetulnya borok pemikiran mereka, yang menyandarkan hukum-hukum agama hanya berdasarkan logika dan hawa nafsu saja, yang pada hakikatnya mereka hanyalah orang-orang bodoh.
Ust Adian Husaini ketika mengomentari kasus ini, karena saking kesalnya sampai mengatakan, “Kalau di Al-Quran tidak ada larangan kawin dengan anjing atau monyet, apakah berarti hukumnya jadi boleh..?, Kita tunggu saja, kapan mereka akan kampanye agar manusia kawin dengan anjing dan monyet.”
Padahal tidak ada agama di dunia ini yang sampai menyerukan homoseksualitas. Yahudi, Nasrani, Hindu, Budha, Konghuchu dan seterusnya, tak satu pun yang sampai menganjurkan nikah sejenis. Bagaimana mungkin ada mahasiswa fakultas syariah, sampai bisa berijtihad seenaknya, lalu menyimpulkan bahwa kawin sejenis bukan hanya halal, tetapi dianjurkan.  
Meski telah didanai oleh kekuatan asing, gerakan sekulerisme dan liberalisme belum tentu keluar jadi pemenang. Misalnya saja kampanye anti jilbab yang dahulu didengungkan oleh Cak Nur sejak 1970-an, bukannya orang makin menjauhinya, tetapi justru semakin banyak saja yang memakainya sekarang ini. Demikian juga ide penggantian lafadz Assalamu 'alaikum menjadi selamat pagi, justru para penyiar berita di TV berlomba-lomba membuka acaranya dengan lafadz khas umat Islam.
Fenomena ini mengingatkan kita pada firman Allah SWT:
يُرِيدُونَ أَنْ يُطْفِئُوا نُورَ اللَّهِ بِأَفْوَاهِهِمْ وَيَأْبَى اللَّهُ إِلَّا أَنْ يُتِمَّ نُورَهُ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ
 “Mereka berkehendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.” (QS At-Taubah: 32)
Ketahuilah bahwa ketika kita merasa kesusahan dan kelelahan saat menghadapi tipu daya, maka sungguhnya  mereka pun juga lebih lelah dan kesal ketika mendapati kenyataan bahwa apa yang mereka kampanyekan dengan susah payah dan susah tidur itu tidak juga menunjukkan hasil. Ibarat anjing mengonggong kafilah berlalu. Semakin keras upaya mereka yang mengkafirkan bangsa ini, semakin banyak saja orang-orang yang kembali kepada Islam dan konsekuen dengan syariat.
Ini juga mengingatkan kita pada firman Allah lainnya, ketika Allah SWT menghibur nabi-Nya:
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Jika kamu mendapat luka, maka sesungguhnya kaum itupun mendapat luka yang serupa. Dan masa itu Kami pergilirkan di antara manusia; dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada'. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali Imran: 140).
وَلَا تَهِنُوا فِي ابْتِغَاءِ الْقَوْمِ إِنْ تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ مِنَ اللَّهِ مَا لَا يَرْجُونَ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
“Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). jika kamu menderita kesakitan, Maka Sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari pada Allah apa yang tidak mereka harapkan. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa': 104)
Jadi bukan hanya kita saja yang berjuang dan berkorban mempertahankan aqidah umat, tetapi mereka juga berkorban harta dan jiwa juga. Bedanya, kita berjuang di jalan Allah dan dijanjikan keridhaan serta surga-Nya. Sedangkan mereka berjuang untuk hawa nafsunya di jalan thaghut, serta dijanjikan murka dan azab-Nya.
Sesungguhnya pertarungan antara haq dan batil adalah pertarungan abadi hingga hari kiamat. Telah berlalu para nabi dan rasul sebelum kita. Mereka telah merasakan pahitnya ulah musuh-musuh Allah, tidak sedikit di antara para nabi dan rasul itu yang dilukai, disakiti bahkan dibunuh.
Dan saat ini kita-lah yang menjadi penerus perjuangan para nabi dan rasul kita. Kita bela risalah mereka, kita tegakkan syariah yang mereka ajarkan, kita perjuangkan agama mereka. Walaupun kita harus berhadapan dengan para pewaris Fir'aun, Namrudz, Abu Jahal. Kalau dulu musuh para nabi itu memang orang kafir, sekarang kita harus berhadapan dengan anak bangsa kita yang telah dicuci otaknya dan diganti jati dirinya.
 Semoga Allah Ta’ala senantiasa melindungi aqidah kita dari tikaman pemikiran jahat para orientalis bejat yang terkutuk, yang telah tega-teganya merontokkan aqidah mahasiswa-mahasiswa  muslim. Amien ya rabbal 'alamin. Wallahu a'lam bishshawab…….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar